Buntu sekali aku saat ini, gelap, pusing, entah nanti aku menghasilkan coretan seperti apa. Sedikit demi sedikit aku mulai melangkah melewati lorong-lorong gelap, tak satupun titik cahaya ku temui. Aku mulai resah, tatkala aku berjalan sendirian tanpa kawan. Bayang-bayang semu tentang dirinya selalu menghantuiku, memaksaku berjalan untuk menghampirinya, cepat pulang cepat kembali pujaan hati, di sini sepi sekali tanpa hadirmu. Lalu aku termenung, lamunanku berhenti kepadanya, sedang apa gerangan? Jarak berkilo-kilo memisahkan kami, membisu dalam kerinduan yang semakin mencekik dada seakan malaikat datang menjemput. Berjalan menjauhi kegelapan, sedikit demi sedikit mataku tertuju pada satu titik, titip apa itu? Aku bertanya pada diriku sendiri. Itu adalah titik cahaya dari sapaan hangat nan manis menuju senja tadi. Entah apa yang dia kirim kepadaku, rindu ini semakin menggebu, rindu bagiku selalu menjadi candu. Aku berhenti sejenak, membaca ulang coretanku, aku baru sadar, ternyata aku berbelok seakan menjauhi judulku. Aku memutuskan balik kanan menuju judulku sebelum berjalan semakin jauh, aku tak mau itu. Ternyata rindu itu juga penyakit, dimana aku harus membeli obatnya? Tak ada, cukup kita bertemu di sudut ruang kota istimewa. Tahun lalu adalah eval ditahun ini, kesalahan, kebodohan, dan kegoblokan harus kita semprot menggunakan “tangki” bagai pak tani yang ingin melawan hama dari tumbuhan diladangnya. Berangkat pagi buta, pulang petang, melawan panas terik matahari, keringat bercucuran mengucuri baju yang menjadikannya lusuh. Ia menua bersama kulitnya yang hitam akibat bercengkrama dengan sang surya. Harapan-harpan itu harus kita rawat agar tumbuh subur, dengan doa, usaha, dan keikhlasan. Percayalah hasil akhir nanti yang kita petik tidak akan mengecewakan kita. Tak perlu takut dengan apa-apa yang tidak sesuai dengan harapan kita, mungkin lewat kegagalan, lewat luka, lewat kehilangan, lewat kesedihan diri ini dilatih dan ditempa. Tak perlu meminta Tuhan untuk meringankan beban dan cobaan, memintalah agar selalu diberikan kekuatan. Entah akan berakhir duka atau tawa, setidaknya kita pernah mencoba, it’s oke mungkin sekarang belum berhasil tapi belum tentu dengan dimasa mendatang, ini hanya persoalan waktu yang harus dijalani dengan kesabaran. Allah always beside you, believe it ! Sometimes sambat memang perlu, tapi tidak harus melulu, tak perlu terburu-buru, karena hidup bicara soal perjalanan bukan pelarian. Lalu apa harapanku? That is so simple; menebarkan energi positif untuk orang orang terdekat, istiqomah dalam apapun itu, komitmen terhadap diri sendiri. Tidak muluk-muluk ini itu dalam skala yang besar, karena sesuatu yang besar terlahir dari sesuatu yang kecil. Mba osy pernah berkata kepadaku, “mimpi boleh, realistis perlu” on the other side memang kita sah-sah saja jika bermimpi setinggi-tingginya, ‘Imposibble’ bisa berubah menjadi ‘I m Possible’ jika kita bersungguh-sungguh, yess benar sekali ‘manjadda wa jadda’. Tulislah harapan-harapanmu ditahun ini, hal-hal apa saja yang ingin kamu capai, tak apa kita buat list-list kecil kemudian kita tempelkan pada tembok kamar kita, memandangi tulisan-tulisan itu sebelum tidur. Kemudian kita centang di akhir tahun 2019 nanti apa saja yang telah kita raih, selama mencoba dan semoga beruntung, jangan lupa terus mencoba !
Written by:
Suaibatul Aslamiyah
Di kamar pojokku, gelap dan senyap, sunyi dan sepi
Rumahku, 14 Januari 2019 23;36
0 Comments